1. Mengabaikan Audiens Target
Tidak Memahami Psikologi dan Bahasa Konsumen
Kesalahan pertama yang sering terjadi adalah membuat nama yang terdengar keren menurut kamu, tapi nggak relevan buat target pasar. Misalnya kamu buka usaha kuliner tradisional tapi pakai nama berbahasa asing yang sulit diucapkan—hasilnya? Audiens bingung dan nggak merasa terhubung.
Nama yang baik seharusnya berbicara langsung ke hati calon pelangganmu. Pahami siapa mereka, gaya bahasa yang mereka pakai sehari-hari, dan nilai-nilai apa yang mereka junjung. Nama yang nyambung secara emosional bisa meningkatkan daya tarik brand secara signifikan.
2. Terlalu Umum dan Tidak Unik
Sulit Dikenali dan Diingat
Pernah dengar usaha dengan nama "Toko Sukses" atau "Usaha Maju"? Nama seperti ini terlalu generik. Bukan cuma gampang dilupakan, tapi juga rawan tumpang tindih dengan usaha lain. Dalam dunia digital yang kompetitif, kamu butuh nama yang unik agar mudah ditemukan di mesin pencari dan media sosial.
Gunakan kombinasi kata yang tidak biasa, eksplor permainan kata, atau bahkan ciptakan istilah baru. Asal masih nyambung dengan identitas brand-mu, hal ini justru bisa jadi nilai plus.
3. Sulit Dieja dan Diucapkan
Menyulitkan Word of Mouth dan Pencarian Online
Bayangin kamu punya nama usaha yang bikin orang harus bertanya dua kali, "Tulisannya gimana, tuh?" Ini masalah. Nama yang sulit dieja atau diucapkan bisa menghambat penyebaran dari mulut ke mulut dan bikin konsumen kesulitan menemukan usahamu secara online.
Pilihlah nama yang fonetiknya jelas, mudah diucapkan dalam satu kali dengar, dan gampang diketik. Ini bukan berarti kamu harus pilih nama yang pasaran—unik tetap boleh, asal nggak bikin ribet.
4. Tidak Mengecek Legalitas dan Ketersediaan Nama
Berpotensi Kena Masalah Hukum
Salah satu kesalahan paling fatal adalah tidak mengecek apakah nama yang kamu pilih sudah dipakai orang lain, baik secara legal (hak cipta, merek dagang) maupun digital (domain, media sosial). Banyak kasus usaha kecil yang harus ganti nama di tengah jalan gara-gara dapat somasi atau nggak bisa claim domain .com.
Sebelum finalisasi, lakukan riset sederhana: cek Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI), search domain, dan periksa media sosial. Lebih baik ribet sedikit di awal daripada repot di belakang.
5. Terlalu Panjang dan Rumit
Mengurangi Efektivitas Branding
Nama usaha yang terlalu panjang bukan cuma susah diingat, tapi juga kurang efektif saat diaplikasikan ke logo, packaging, dan materi promosi lainnya. Coba bayangin nama seperti "Sentra Oleh-Oleh Khas Daerah Timur yang Selalu Murah dan Lengkap". Mungkin informatif, tapi jelas nggak praktis.
Idealnya, nama usaha cukup terdiri dari 1–3 kata. Jika memungkinkan, gunakan satu kata yang catchy, mudah dikenali, dan punya daya tarik visual saat ditulis dalam logo.
6. Terlalu Terikat Tren Sesaat
Menyulitkan Pertumbuhan Jangka Panjang
Tren bisa jadi inspirasi, tapi jangan dijadikan fondasi utama saat memilih nama. Nama usaha yang terlalu mengikuti gaya kekinian (misal: penggunaan huruf "Z" secara acak, atau gaya bahasa ala Gen Z yang cepat berganti) berisiko cepat ketinggalan zaman.
Alih-alih ikut tren, coba cari nama yang timeless, punya filosofi mendalam, atau merepresentasikan nilai dan misi usaha kamu. Ini bikin nama bisnismu tetap relevan meskipun waktu berlalu.
7. Tidak Menggambarkan Value atau Cerita Brand
Gagal Membangun Koneksi Emosional
Nama yang bagus bukan cuma estetis, tapi juga punya makna. Kesalahan besar jika kamu memilih nama hanya karena terdengar keren, tapi kosong makna. Padahal, cerita di balik nama bisa jadi kekuatan storytelling yang membedakan brand kamu dari yang lain.
Contohnya, brand sepatu lokal "Brodo"—nama yang unik dan berasal dari logat khas Bandung, mengandung unsur lokalitas dan punya nilai emosional yang kuat bagi target audiensnya. Cerita ini bikin brand lebih lekat di hati konsumen.
Penutup: Nama Itu Akar Identitas Brand
Baca Juga: 10 Cara Bikin Nama Brand yang Nempel di Ingatan
Memilih nama usaha itu bukan soal cepat-cepatan atau sekadar unik-unik-an. Ini soal merancang fondasi identitas yang akan menempel seumur hidup pada bisnismu. Kesalahan dalam proses ini bisa membatasi pertumbuhan brand, bahkan memaksamu memulai ulang dari nol.
Jadi, sebelum kamu cetak kartu nama atau pasang plang toko, luangkan waktu untuk benar-benar memikirkan nama yang kamu pilih. Tanyakan ke diri sendiri: Apakah nama ini mudah diingat? Relevan dengan audiens? Legal dan siap digunakan untuk jangka panjang? Kalau kamu sudah terlanjur memakai nama yang kurang tepat, nggak ada kata terlambat untuk rebranding. Yang penting, kamu tahu ke mana arah bisnismu dan berani melangkah lebih strategis.
Dan hey, kalau kamu butuh brainstorming bareng soal nama usaha yang kece, yuk ngobrol! Kolom komentar selalu terbuka, atau kamu bisa DM aku langsung di media sosial. Let’s build your brand the right way from the start!